Senin, 02 September 2013

halo pagi

dear pagi,
harusnya pagi ini menyapa lembut dengan senyum-senyum ikhlasnya, namun nyatanya tidak. pagi ini lagi-lagi aku harus belajar dewasa dari segala kawat yang terus menusuk.

dear pagi,
lagi-lagi aku dapati segala kawat yang terus bergumpal. gumpalannya makin membesar, hingga nanti suatu saat akan membunuh hati-hati yang rapu, termasuk aku!

dear pagi,
nyatanya Allah begitu sayang padaku. karena pagi ini, ia telah memberiku sebuah masalah yang aku yakini hal itu akan membuatku menjadi besar dihadapan-Nya.

dear pagi,
kerapuhanku akhirnya hanya bisa ku pendam lewat titik airmata yang pagi ini terjatuh. terselip harapan pada bulirnya dan sedikit mengurangi sesakku. walau gumpalan itu tak kunjung mengecil,

dear pagi,
aku tetap mencintaimu, walau pagi ini, pagi ku tak sempurna.


-30 Agustus 2013-

dear my prob

dear my prob,


ketika hidup memang terus berpacu dengan waktu. ketika hati untuk yang kesekian kalinya ditempa dengan berbagai rasa sakit yang tak pernah ragu tuk hadir. dan ketika semua masalah yang berganti menjadi lelah.


untaian kata yang akhirnya memperlihatkan semua rasa yang seharusnya tak perlu untuk diucap. mungkin ini gambaran betapa akhirnya lelah lah yang menumbangkan semua pertahanan.

dulu mungkin semua bisa tersimpan rapi dan tak sediktpun terkuak, namun kini kala beban makin bertambah dan bahu di diri sudah tak sanggup menopang, akhirnya semua pertahanan diri luluh. butir-butir air mata kini tak malu lagi memamerkan keberadaanya.

prolog ini, sebagain kecil dari semua rasa yang hampir sudah tak terasa.