bukan tentang siapa yang salah, siapa yang benar.
cuma kebetulan, lagi lebih sering "bawa perasaan",
kebawa perasaan terus sampe jadi sensitif gini. dikit-dikit nangis, dikit-dikit nangis.
sampe akhirnya bingung sendiri sama isi hati.
Sabtu, 03 Oktober 2015
Rabu, 25 Februari 2015
pelangi dan hujan
pelangi dan hujan
menggenapkan bulan februari 2015.
di bulan ini,
keduanya tak malu menampakkan keberadaannya.
setelah pelangi
dengan beribu warnanya ada di tanggal 13-14 februari, hujan nampaknya tak mau
kalah saing untuk muncul.
yaa.. empat hari setelah hari bahagia itu,
tepat setelah dua tahun kami merasakan kehilangan,
kini di tanggal 18 februari 2015, kembali kami harus mengikhlaskan nenek untuk menghadap Illahi Rabbi.
nenek yang tinggal satu-satunya, yang selalu menjadi alasan untuk berkumpul dengan yang lain, kini telah pergi.
kabar itu di dapat sebelum adzan subuh berkumandang, kurang lebih pukul 04.10. aahh, rasanya terlalu sulit menerima kenyataan itu, aku memang hanya seorang cucunya yang entah keberapa, namun rasa sayangku tak lantas lekang oleh jarak dan waktu.
tempat tinggalnya yang berada di daerah Gombong, Jawa Tengah, membuat kami tak bisa cepat untuk sampai kesana. satu-satunya cara yang tercepat ialah menggunakan kereta api. semua keluarga yang ada di Jakarta, pagi itu juga berangkat menggunakan kereta. perjalanan yang harusnya dapat menjadi penghibur lelah diantara rutinitas, namun kini berbeda. wajah-wajah mendung tak dapat menutupi muka anak-anaknya (termasuk ibu). perjalanan yang seharusnya tak lama, menjadi terasa sangat lama. kami diam, tak banyak yang dibicarakan, semua sibuk mengurai pedihnya masing-masing, termasuk aku.
kurang lebih pukul
15.00, kami tiba di rumah mudik (kami menyebutnya rumah mudik, karena rumah itu
yang menjadi alasan utama kami rela menempuh waktu puluhan jam untuk berlebaran
disana). bendera kuning, papan nama, tenda berwarna gelap, deretan orang-orang,
serta yang lainnya membuat kaki terasa begitu getir untuk melangkah lebih
dalam. isak tangis tak lagi bisa dibendung, melihatnya terbujur kaku. tak
adalagi yang bisa kami lakukan selain mengikhlaskannya dalam senyum tidur
panjangmu nek. senyuman terakhir yang kau berikan, membuat kami ikhlas untuk
melepasmu.
setelah semua dirasa cukup, prosesi pemakaman pun dimulai, ah kembali air mata tak henti-hentinya mengalir. namun kami sadar, yang kau butuhkan ialah doa, doa dari anak-anak soleh, dari hati-hati tulus.
setelah semua dirasa cukup, prosesi pemakaman pun dimulai, ah kembali air mata tak henti-hentinya mengalir. namun kami sadar, yang kau butuhkan ialah doa, doa dari anak-anak soleh, dari hati-hati tulus.
mbah, begitulah kami
memanggilnya. selamat jalan, semoga mendapatkan tempat terbaik disisi-Nya. semoga kau tetap menjadi alasan kami untuk berkumpul, walau kin kau telah tiada.
untukmu, yang kami
cinta . . .
lebaran terakhir bersamamu |
Langganan:
Postingan (Atom)